1. Pengertian Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya transaksi di masa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya transaksi di masa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
2. Konsep Manajemen
Piutang
2.1
Kebijaksanaan
kredit
Kebijaksanaan kredit mencakup
keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit, dan kebijakan
penagihan
a.
Standar
Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum
pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh
kredit. Dengan demikian, perusahaan da[at meramalkan siapa pelanggan yang akan
terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan
mengakibatkan kerugian piutang (piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (Lima C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan
kelayakan kredit meliputi hal berikut:
Character,
kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang
dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang
patut diperhatikan
Capacity,
pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun
sebelumnya, atau
dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
Capital,
diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan dengan
analisis rasio
finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio
profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral,
dicerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions,
menunjukkan pengaruh langsung dari trend
ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang
ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi
kewajibannya.
b.
Syarat
Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1.
Periode kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu
penagihan), dan 2. Berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan
yang membayar pada periode diskon.
c. Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang
meliputi waktu dan cara-cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu.
Misalnya, perusahaan akan melakukan langkah-langkah penagihan: 1. Menegur via
telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu hari setelah batas akhir
penagihan. 2. Menegur via surat kepada pelanggan yang belum membayar sesudah
tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3. Menyerahkan tugas penagihan kepada
penagih utang (debt collector) dari luar perusahaan bagi perusahaan
yang belum membayar pada satu bulan setelah batas akhir penagihan.
2.2
Pemantauan
Piutang
Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang
telah dijalankan, khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola
pembayaran pada pelanggan. Misalnya, pelanggan yang semula tergolong patuh dalam
membayar kini mulai terlambat membayar kewajibannya. Ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan piutang usaha:
a.
DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang
mengungkapkan berapa lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran termudah untuk
mengamati arus penagihan piutang dari pelanggan. Meningkatnya DSO menunjukkan
pelanggan makin lambat membayar kewajibannya yang dapat dijadikan indikator
awal kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih atau kredit macet.
Kendati DSO merupakan ukuran
termudah untuk memantau kondisi piutang, diperlukan sikap hati-hati dalam
menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP (yang dinyatakan dalam hari) akan makin
menurun apabila piutang menurun. Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh
penerimaan yang lebih cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan
akibat kondisi ekonomi yang melesu.
b.
Skedul Umur
Piutang (aging schedule)
Skedul umur piutang
merupakan tabel yang memuat informasi tentang umur, jumlah, proporsi, dan
periode penagihan piutang. Berikut contoh tabel skedul umur piutang:
Umur (hari)
|
Jumlah
|
Proporsi
|
Periode penagihan (hari)
|
0-30
|
Rp 405.000.000
|
45 %
|
20
|
31-60
|
Rp 450.000.000
|
50 %
|
51
|
61-90
|
Rp 27.000.000
|
3 %
|
80
|
Lebih dari 90
|
Rp 18.000.000
|
2 %
|
96
|
Rp 900.000.000
|
Contoh analisis pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan
menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30 hari. DSO rata-rata = 45% (20) +
50 % (51) + 3% (80) + 2% (96) = 52 Hari. Hal itu berarti bahwa secara rata-rata
pelanggan membayar kewajibannya pada bulan kedua dari batas waktu penagihan yang ditentukan.
Pelanggan yang membayarnya hingga batas akhir penagihan hanya mencapai 45%.
Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang membayar melebihi batas waktu
penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola penerimaan penagihan
piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari separuhnya
tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki kondisi tersebut,
perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara menyeluruh.
Langkah-langkah Pencegahan
Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:
- Penentuan besarnya
resiko yang akan ditanggung perusahaan,
hal ini ditentukan atas dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Misalnya resiko
ditetapkan 10% dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan dengan
Rp100.000 dan akan menyebabkan tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan
keuntungannya adalah sebesar Rp 40.000 (100.000-50.000-(10%x100.000))
- Kemampuan debitur memenuhi
kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan rentabilitas.
Selain itu perlu dipertimbangkan “soliditas”:
Soliditas komersiil,
kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya.
Soliditas finansiil,
memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya
Soliditas moril,
sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
Membuat
klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat
digunakan daftar analisis umur piutang (aging
schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
Mengadakan seleksi calon pelanggan,
berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah
plafon kredit, diturunkan, atau tetap.
2.3 Analisis
Perubahan Kebijakan Piutang
Langkah terakhir
yang harus dilakukan oleh manajer keuangan dalam hubungannya dengan manajemen
piutang adalah melakukan analisis perubahan piutang. Inti analisis adalah
menetukan apakah syarat kredit yang berlaku saat ini perlu diubah ataukah tidak
perlu.
Ada dua pendekatan untuk menganalisis perubahan
kebijakan piutang usaha:
Pertama,
pendekatan pertambahan laba, yakni membandingkan
pertambahan pendapatan dengan pertambahan biaya. Pendekatan ini mudah dipahami,
tetapi tidak konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
Kedua,
pendekatan nilai (net
present value atau NPV), yakni pembandingan nilai sekarang arus kas masuk
dari piutang dengan arus kas keluar dari biaya. Pendekatan itu lebih konsisten
dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
a. Pendekatan
pertambahan laba
-
Langkah 1.
Menghitung penerimaan penjualan untuk setiap kebijakan:
-
Langkah 2.
Menghitung biaya-biaya untuk setiap kebijakan:
bd = Piutang
tak tertagih / bad debt (%)
S = Penjualan / sales
d = Diskon (%)
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan
periode diskon (%)
VC = Rasio
biaya variabel per unit terhadap harga jual per unit (%)
DSO = Jangka
waktu penagihan piutang (hari)
k = Bunga
per tahun (%)
-
Langkah 3.
Menyusun laporan laba rugi sederhana untuk setiap kegiatan
-
Langkah 4. Membandingkan
antara laba bersih kebijakan lama dan laba bersih kebijakan baru. Jika laba
bersih kebijakan baru lebih besar daripada laba bersih kebijakan lama, maka perubahan
kebijakan piutang layak dijalankan.
b. Pendekatan
nilai
-
Langkah 1.
Menghitung NPV untuk setiap kebijakan
NPV = Nilai
sekarang bersih
D =
Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
P = Harga
jual per unit
Q =
Kuantitas penjualan
d = diskon
(%)
i = Bunga
Harian (%), k/360
t1 =
Batas akhir periode diskon
t2 =
Jangka waktu penagihan piutang (dalam hari)
bd = Piutang
tak tertagih
C = Biaya
variabel per unit
-
Langkah 2.
Membandingkan NPV kebijakan lama dan baru. Apabila NPV kebijakan baru lebih
besar (dan positif) daripada NPV kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang
layak dijalankan.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Besarnya Investasi dalam Piutang
a.Volume penjualan
kredit, semakin besar volume penjualan kredit,
makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang
b. Syarat pembayaran
(termin), semakin lama masa kredit, semakin besar
invesatasinya.
c. Ketentuan tentang
pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa
kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit per pelanggan makin besar
investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit,
makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang).
d. Kebijakan
pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan piutang
lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif
yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang
lebih besar.
e. Kebiasaan membayar
dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa
diskon (termin 2/10;n/30),
maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada
hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yg besar
4.
Perputaran piutang
Perputaran
piutang (receivable turnover)
dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan kecenderungan debitur untuk menepati
janji pembayarannya.
• Tingkat perputaran
piutang =
penjualan netto kredit
Rata-rata piutang
• Rata-rata
pengumpulan piutang
= 360
receivable turnover
Apabila
rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran, maka cara
pengumpulan piutang kurang efisien.
Contoh:
2002 2003
Net
credit sales Rp
100.000 Rp 100.000
Receivable:
awal th 20.000 30.000
akhir
th 30.000 10.000
Average
receivable Rp
25.000 Rp 20.000
Receivable
turnover 4 kali 5 kali
Average
collection period 90 hari 72 hari
Penjualan secara kredit akan berdampak
positif (kenaikan omset penjualan)
dan negatif, seperti kerugian karena piutang tak tertagih dan atau biaya kesempatan
(opportunity cost). Pertimbangan untuk memperketat atau mempermudah pemberian kredit,
dapat dilakukan dengan memperhatikan cost dan benefit bila akan mengambil keputusan
seperti contoh berikut ini:
Selama ini perusahaan menjual secara
tunai, omset penjualannya sebesar Rp 800 juta, keuntungan 15% dari penjualan. Jika
perusahaan berencana untuk menjual secara kredit dengan syarat pembayaran n/60.
hal ini ditaksir akan meningkatkan omset penjualan menjadi 1.050 juta pertahun.
Dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut ditaksir sebesar Rp148,75
juta pertahun.
Apakah manejemen menerima alternatif penjualan kredit
tersebut?
·
Manfaat : tambahan keuntungan = (1.050 jt – 800 jt) x 15% = Rp 37,5 jt
·
pengorbanan :
perputaran
piutang = 360/60 = 6 kali
rata-rata
piutang = 1.050/6 = 175
jt
dana
untuk membiayai piutang = 148,75jt
biaya
dana yang ditanggung 148,75 x 15%
=
22,31 jt
manfaat
bersih = Rp 15,19 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan
Perusahaan menawarkan syarat penjualan
2/20 ; n/60. ditaksir 50% pelanggan akan membayar
pada hari ke 20, dan sisanya pada hari ke 60. Maka:
Rata-rata periode pembayaran piutang = 0,5(20) + 0,5(60) = 40 hari
Perputaran piutang = 360/40 = 9 kali
Rata-rata piutang = 1.050/9 = 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk
membiayai piutang = 116,67 jt x 85% = 99,17 jt
Penurunan biaya dana 116,67 jt – 99,17 jt = 17,5 jt
·
Manfaat : penurunan biaya dana = 17,5 jt
·
Pengorbanan: diskon = 2% x 50% x 1.050 jt = 10,50 jt
manfaat bersih = 7,00 jt
Benefit > cost,
layak untuk diterapkan.
5.
Jenis-Jenis
Piutang
5.1 Piutang Dagang
Piutang
dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh si pembeli kepada perusahaan.
Piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun. Oleh karena itu
piutang dagang dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancar.
Masalah
– masalah akuntansi yang bersangkutan dengan piutang dagang meliputi tiga
hal, yaitu: Pengakuan piutang dagang, Penilaian Piutang Dagang dan Kerugian
Piutang
Pencatatan
kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ; Metode cadangan dan
Metode Penghapusan Langsung
Pengalihan Piutang, Perusahaan bersedia untuk
mengalihkan piutang kepada pihak lain karena beberapa alasan:
5.2
Piutang Wesel
Piutang wesel atau piutang pendapatan (pendapatan yang
masih akan diterima) dan dari aktiva lain adalah piutang yang tidak timbul dari
penjualan sehari-hari, karena piutang dagang berkaitan erat dengan operasi
perusahaan yang utama. Piutang wesel lebih formal dari piutang dagang. Piutang
wesel bisa juga timbul karena transaksi peminjaman uang.
Wesel dapat dibedakan menjadi:
·
Wesel
berbunga adalah wesel yang disebutkan suatu tingkat bunga tertentu (biasanya
dinyatakan dalam persen). Pada wesel berbunga perlu dicatat dengan jelas
mengenai jumlah bunga yang diperhitungkan.
· Wesel tidak berbunga adalah wesel
yang tidak menyebutkan suatu tingkat bunga tertentu. Pada wesel tidak berbunga
tidak diperlukan pencatatan atas bunga.
Penyelesaian dan Pengalihan Piutang
Wesel
Surat wesel adalah surat berharga yang bias
dipindahtangankan, artinya wesel bisa dialihkan dari suatu perusahaan atau
seseorang kepada perusahaan atau orang lain dan dengan demikian bias dijual
untuk mendapatkan kas. Untuk mendapatkan uang dengan cepat, pemegang saham
kadang-kadang menjual piutang wesel kepada pihak ain sebelum tanggal jatuh
wesel.
sangat membantu, terimakasih
BalasHapus